Selasa, 18 Juni 2013

gaya kepemimpinan


GAYA KEPEMIMPINAN
Apabila kita membicarakan tentang KEPEMIMPINAN secara umum kita akan menyambungkan nya dengan sifat Kepemimpinan seseorang yang mempunyai bakat atau kemampuan untuk memimpin suatu individu atau sebuah kelompok masyarakat untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan Kepemimpinan adalah cara yang di senangi dan digunakan pemimpin dalam mempengaruhi Orang lain, ada banyak gaya kepemimpinan yang sudah kita ketahui dan gaya kepemimpinan tersebut sangat baik seperti Bpk Presiden Ir. Soekarno dengan gaya kepemimpinan nya, Indonesia dapat Merdeka dan semua masyarakat pun sejahtera atas gaya Kepemimpinan nya. Metode yang dipakai untuk Mengidentifikasi sebuah gaya kepemimpinan dengan menggunakan metode DISC, dan DISC merupakan singkatan dari:
1. Dominance (dominasi)
2. Influencing (Mempengaruhi)
3. Steadiness (Ketenangan)
4. Compliance (Kepatuhan)
LIPPIT dan WHITE dalam sutarto mengatakan bahwa ada tiga kepemimpinan yaitu :
·         OTORITER ( Authoritarian )
Ciri-Ciri gaya Kepemimpinan Otoriter yaitu :
1.       Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
2.       Keputusan dan Kebijakan dibuat oleh pemimpin
3.       Komunikasi berlangsung 1 (satu) arah
4.       Pengawasan dilakukan secara ketat
5.       Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk memberikan kesempatan
6.       Lebih banyak Kritik dari pada Pujian
7.       Pimpinan menuntut kesetian dan prestasi sempurna
8.       Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan

·         DEMOKRATIS ( Democratic )
Ciri-ciri gaya kepemimpinan Demokratis, meliputi :
1.       Wewenang pimpinan tidak mutlak.
2.       Pimpinan bersedia melimpahkan wewenang kepada bawahan.
3.       Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
4.       Komunikasi berlangsung dua arah.
5.       Pengawasan dilakukan secara wajar.
6.       Bawahan diberi kesempatan untuk berprakarsa dan menyampaikan saran.
7.       Tugas kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada instruksi.
8.       Pujian dan kritik kepada bawahan lebih bersifat secara seimbang.
9.       Terdapat suasana saling percaya dan saling menghargai.


·         Kebebasan ( Laissez-Faire )
Ciri-ciri gaya kepemimpinan laissez-Faire, meliputi :
1.       Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan.
2.       Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
3.       Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
4.       Hampir tidak ada pengawasan.
5.       Pemrakarsa selalu datang dari bawahan.
6.       Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan.
7.       Kepentingan pribadi lebih dominan dari pada kepentingan kelompok.
8.       Tanggung jawab dipikul oleh orang perorang.

Gaya Kepemimpinan yang Efektif, meliputi :
1.       EKSEKUTIF
Gaya kepemimpinan ini banyak memberikan perhatian pada tugas pekerjaan dan Hubungan kerja.

2.       DEVELOPER ( Pecinta Pengembangan )
Gaya Kepemimpinan ini banyak memberikan perhatian yang maksimum terhadap hubungan kerja dan perhatian yang minimum terhadap tugas pekerjaan.

3.       Benevolent autocrat ( otoritas yang baik hati )
Gaya kepemimpinan ini banyak memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja.

4.       Birokrat
Gaya kepemimpinan ini memberikan perhatian minimum terhadap tugas dan hubungan kerja.









Gaya Kepemimpinan yang tidak efektif, yaitu :
1.       Compromiser ( pecinta kompromi )
Gaya kepemimpinan ini memberikan perhatian yang besar terhadap tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekan kompromi.

2.       Missionary ( socialite )
Gaya kepemimpinan ini menekankan secara maksimum terhadap orang orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.

3.       Otokrat
Gaya kepemimpinan ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak sesuai.

4.       Desester ( lari dari tugas )
Gaya kepemimpinan ini sama sekali tidak memberikan perhatian terhadap tugas maupun terhadap hubungan kerja.

Contoh kasus :
·         Ir. Soekarno
Kepemimpinan soekarno memulai karir nya pada usia 26 tahun, tepatnya 14 juli 1927, pada saat itu beliau memulai memimpin sebuah partai politik yaitu partai nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai pandangan untuk kemerdekaan Indonesia, oleh karena itu Ir. Soekarno dan partai nasional Indonesia ditangkap dan diadili oleh pemerintahan colonial belanda, Tetapi pada saat di dalam proses pengadilan Soekarno malah menyampaikan pandangan politiknya mengenai gugatannya terhadap pemerintahan yang terkenal dengan Indonesia menggugat. Sikap Soekarno sebagai pemimpin bangsa pada saat itu sangat menekankan pentingnya persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah bangsa dan anti pejajahan. Hal ini tercermin di dalam pidato-pidato beliau dalam menggelorakan semangat revolusi secara besaran-besaran untuk lepas dari belenggu imperialisme. Akhirnya Soekarno berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak berdiri di atas kaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa, Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (neokolonialisme). Dan ternyata sikap tersebut mengakibatkan belanda membubarkan organisasi PNI sehingga ir. Soekarno dan teman seperjuangan nya bergabung dengan Partindo pada bulan juni tahun 1930, Setelah melalui perjuangan yang panjang, bahkan beliau pernah dipenjara kembali oleh Belanda namun tidak menyurutkan langkah perjuangannya dan Pada akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno bersama Muhammad Hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia menandai berdirinya negara yang berdaulat. Sebelumnya, ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia, Ia berupaya mempersatukan nusantara, Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. 



Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar